Rafly Maharazi, Anak Montir Bengkel Lulus ITB dengan Magna Cum Laude

By Marchiana

06/09/2025

(Rumah Amal Salman, Bandung) – Sahabat Amal, di sebuah bengkel kecil di sudut desa, bunyi ketukan besi dan deru mesin motor sudah akrab di telinga Rafly Maharazi. Bau oli dan keringat kerja sang ayah menjadi bagian dari kesehariannya. Dari tempat sederhana itu pula, lahir mimpi yang perlahan diwujudkan: menjadi sarjana pertama di keluarga.

Akhir Agustus lalu menjadi hari yang tak akan pernah ia lupakan. Bersama ratusan mahasiswa lain, Rafly duduk di Auditorium Sasana Budaya Ganesha ITB, mengenakan toga biru dengan senyum penuh rasa syukur. Ia resmi menyandang gelar Sarjana Teknik dari Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika, dengan predikat magna cum laude dan IPK 3,80.

“Saya sangat bersyukur bisa sampai di titik ini, terutama dukungan orang tua yang hanya lulusan SMP tetapi seringkali menanamkan motivasi kepada saya untuk terus berjuang menjadi sarjana,” kata Rafly.

Rafly bukan anak yang lahir dengan semua kemudahan. Saat lulus SMA pada 2020, ia sempat gagal masuk perguruan tinggi negeri meskipun prestasinya di sekolah cukup gemilang sebagai lulusan terbaik. Kegagalan itu sempat membuatnya terpuruk. “Waktu itu saya benar-benar jatuh, merasa di titik paling terendah,” ujarnya.

Namun, bayangan wajah kedua adiknya membuatnya bangkit. Ia ingin menjadi contoh bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Kemudian pada tahun 2021, ia mendapatkan informasi mengenai program Learning Camp Beasiswa Perintis. Meski gap year, Rafly kembali mencoba peruntungan. Usahanya membuahkan hasil, ia diterima di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB.

Perjuangan Rafly tidak berhenti di pintu masuk kampus. Kondisi ekonomi keluarga membuat biaya kuliah terasa berat. Ayahnya hanya seorang montir motor, sementara ibunya mengurus rumah tangga. Di sinilah Beasiswa Perintis dari Rumah Amal Salman hadir sebagai penopang penting. Beasiswa Perintis bukan hanya meringankan beban biaya kuliah, tetapi juga memberikan pembinaan mental dan lingkungan yang mendukung. 

“Beasiswa Perintis membuka kesempatan besar bagi saya. Saya mendapatkan banyak manfaat selama perkuliahan,” kata Rafly. Dukungan tersebut berbuah manis. Tiga semester terakhir, Rafly meraih indeks prestasi sempurna, 4,00. Kerja kerasnya mengantarkan ia ke panggung wisuda dengan penuh kebanggaan.

Kini, Rafly sedang menapaki jalur fast track untuk melanjutkan studi magister di ITB. Cita-citanya lebih jauh, meraih gelar doktor di luar negeri dan kembali ke Indonesia sebagai akademisi. “Saya ingin kembali ke tanah air dengan ilmu yang lebih dalam, agar bisa memberi manfaat lebih luas untuk masyarakat,” ucapnya penuh semangat.

Kisah Rafly adalah potret nyata bagaimana pendidikan mampu mengubah arah hidup seseorang. Dari bengkel sederhana tempat ayahnya bekerja, lahir seorang sarjana yang menembus salah satu kampus terbaik di negeri ini.

Perjalanan Rafly Maharazi mengajarkan, bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk bermimpi besar. Dengan kerja keras, doa, dan kesempatan, sebuah bengkel kecil pun bisa menjadi saksi lahirnya kisah besar. ***

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya